SECRET ADMIRER


(PERTAMA)
*

          Belakangan ini aku suka bersembunyi dibalik jendela, entah mengapa. Tapi aku suka. Menurutku aku dapat melihat dunia, dan semua kegiatan manusia dapat terpantau jelas di kaca jendela. Bukannya aku malu, tapi aku lebih baik memantau di banding menjaga. Karena menurutku, memantau nya dari kejauhan, secara tak langsung aku telah menjaganya. Walaupun sikapku sesamar ikhfa, tapi doaku sejelas idzhar, menurutku tidak ada penjaga terbaik apapun selain doa. Lebih baik aku berdoa meminta keselamatan di banding aku harus menjaga sehari penuh. Karena, tidak ada kekuatan apapun yang mampu mengalahkan kekutan tulusnya doa. Kerasnya kehidupan luar, sehingga lebih baik aku di dalam.
 “Dia” juga salah satu alasanku kenapa aku senang bersembunyi di balik jendela. Sang motivasi bagiku, iyaa aku gak mengenal begitu dalam hidupnya, tapi sedikit ku tau cerita tentangnya.
         
          KRIIIIING! KRIIIIING! Bel dering istirahat berbunyi.

 “Ayuk makan!” Ajak mereka serempak. Sudah kebiasaan kami makan bersama ketika keluar main tiba. Sifat kekeluargaan sangat melekat di jiwa kami. Walaupun kami tidak se-ibu tapi hati kami satu.

“Iyaudah duluanlah, aku lagi gak selera makan” Jawabku membalas ajakan mereka. Entah kenapa, dihari itu aku hilang selera makanku. Aku tidak puasa, tapi aku seakan puasa.

 “Iyaudalah kalau begitu kami makan duluan iya” Karena mereka tau selera makanku hilang dikala itu, maka mereka meminta izin kepadaku untuk makan tanpa aku.
Tiga puluh menit waktu istirahat, dan aku hanya diam terpaku menatap ke arah luar jendela. Iyaaa, dari pada aku diam seperti patung, lebih baik aku melihat kesibukan-kesibukan manusia diluar sana.

“Siapa dia?” Gumamku didalam hati. Iyaa karena aku jarang sekali keluar, maka wajar aku tidak mengenal siapa dia.

“Yan” Seseorang memanggilku dari belakang.

Siapa sih? Mengganggu saja

Namaku Aryan, dan nama lengkapku Aryan Setiawan. Terselip nama ayahku dinamaku. Wawan, nama ayah ku, sudah kebiasaan yang lumrah menyelipkan nama orang tua di nama anaknya. Maka tak jarang teman sekalas mencibirku dengan panggilan “wan­-wan”.

“Ada apa?, ngagetin aja”

“Liatin apa-an sih?”

“Lu kepo amat iya!”

Sudah biasa bagi seorang JAKA untuk meng-kepoin hidup orang

“Jaka Syahputra” Nama lengkap teman sebangku ku, kecil, hitam manis, sangat berbanding terbalik dengan diriku yang Bertubuh besar. Maka tak jarang orang yg melihat kami mengira bahwa kami adalah Kakak ber-adik.

“Gak liatin apa-apa kok, lagi boring aja” Gumamku dengan melengkungkan bibrku keatas.

“Yakin?”

“Iya”
          Tiga puluh menit telah berlalu, isitrahat telah usai. Kini tiba saatnya untuk masuk ke kelas dan memulai les selanjutnya, MATEMATIKA. Pelajaran yang amat rumit bagiku, seseorang harus dipaksa otaknya untuk mengerjakan suatu pembagian, perkalian, pengurangan, penjumlahan, pemfaktoran, pengakaran, dan banyak lainnya, yang sangat membosankan menurutku. Tapi beruntung guru MATEMATIKA ku terkesan Humoris. Jadi biarpun aku telah lelah dibuat oleh angka, tapi setidaknya aku bisa tertawa melihat tingkah guru ku yang membuat kami dapat tertawa lebar pada nya.

“Kerjakan Pilihan Berganda hal 151 iya, bapak mau keluar sebentar” Karena sibuk akan Tugas kurikulumnya, maka ia meninggalkan tugas kepada kami”

“Eh, tadi sebenernya lu lagi liatin apa-an sih?” Sontak Jaka menanyakan pertanyaan kepo nya tadi.

“Gak, tadi aku melihat cewe, tapi wajahnya kayanya asing dimataku”

“Gimana gak asing, keluar kelas aja kau gak pernah, mungkin kepala sekolah kita pun kau gak kenal iya?” Ujarnya dengan menepukkan tangannya dipundakku.

“Apa-apan sih lu, gue kenal lah. Pak Irwan kan? Orangnya gemuk, tinggi, dan kulitnya hitam kan” Jelasku dengan melepaskan tangan Jaka yang tersandar dipundakku.

“Iyaa, kau benar, tapi apa salahnya sih, kau itu keluar kelas jangan cuman Ngendok di kelas aja, kalau gak ke kamar mandi sama shalat, pasti kau gak mau keluar”

“Ah, malas bukan kerjaanku”

“Ayolah! Sekali aja teman!”

“Sudahlah, aku mau ngerjakan tugas bapak itu tadi, nanti aku gak siap kalau cerita 
terus-terusan sama mu.” Ucapku memberhentikan percakapan diantara kami. Bukannya aku sombong, karena kalau aku terus meladeni pertanya-pertanyaan Jaka, maka 2 jam pun gak akan kelar, karena satu pertanyaan mengakar jadi 1000 pertanyaan.

Karena berhubung guru-guru akan mengadakan rapat, maka sisw/i diperbolehkan untuk pulang.

Gak bisa kebayang keadaan kelas kami dikala itu. Ada yang salto, ada yang kayang, bahkan ada yang sujud syukur. Karena jarang-jarang kami dapatkan momen-momen seperti ini, jadi wajar kami kegirangan.

“Kemana kita?” Ajak Jaka sambil merapikan tasnya.

“Pulang ajalah, aku lelah” Jawabku dengan wajah melas dibuat oleh angka.

“Jam segini? Gak kecepetan?”

“Aku mau istirahat, lagian bukannya besok kita ada ulangan kan?”

“Hmm, iyasudalah” Karena aku menolak untuk pergi dengan Jaka, maka Jaka pergi mendahuluiku.

Memang anak keliaran. Bukannya pulang, istirahat, belajar. Padahal besokkan ada ulangan harian.Ah tapi yasudalah! Gumamku didalam hati

*sesampainya dipintu gerbang

“Bukankah itu cewe yang tadi iya?” Gumamku penasaran.

“Eh iya, benerkan. Itu cewe yang kulihat diwaktu istirahat tadi.” Karena rasa penasaranku, maka aku berusaha mendekatinya.

“Eh, kamu!” Teriakku kearahnya”

“----“ Tak berkata apapun.

“Eh, sombong bener iya tuh cewek. Masih aja nyapa, udah dikacangin gitu aja” Gumamku sebal didalam hati. Karena penasaran ku kepadanya semakin besar, maka aku mencoba untuk berani berkenalan dengannya.

“Namaku Aryan, Siapa nama kamu?” Tanyaku sambil meyulurkan tangan.

“Namaku Bulan” Jawabnya singkat, menghiraukan jabatan yang disulurkan oleh ku.

“Bulan? Nama yang indah. Kamu murid baru iya?” Tanyaku lebih rinci.

“Iya, aku anak pindahan”

“Oh, pantaslah”

“Kenapa?” Tanyanya penasaran.

“Gapapa, asing aja gitu”

“Oh” Seperti tak peduli, ia meninggalkanku sendiri dipintu gerbang, tanpa pamit sedikitpun.
Telah tampak sosok laki-laki berjaket kulit mengendarai kereta King didepan pagar.


Siapa dia? Ayahnya? Abangnya? Sepupunya? Gumamku penasarsan.
Eh, tapi apa urusannya samaku, dia bukan siapa-siapa ku kok. Rasa penasaranku pecah seketika karena teringat sifatnya yang begitu cuek bahkan super super cuek.

Aku berjalan menulusuri setiap gang, Rumahku berada di Dusun Limas, kurang lebih 15 menit jika aku berjalan dari sekolah.

*sesampainya dirumah

“Lelah juga iya, padahal hari ini pulang cepat. Tapi kenapa gak habis keluar main aja rapatnya sih, kan gak belajar MATEMATIKA, gak pening ini otak karena angka” Sewotku sendirian, sembari melepaskan baju sekolah dan menggantungkannya di balik pintu kamarku.

Pukul 12.00 WIB

Krinnnggg! Dering telponku berbunyi, membangunkan ku dari tidur siangku. Aku ketiduran selepas mengganti baju, iyaa karena aku kelelahan.

“Jaka Syhaputra” Tertera jelas nama itu di layar Hp-ku.

“Ada apa lagi sih si kawan ini, ganggu tidur aja.” Sembari mengangkat telfon dari Jaka.

Ada apa?”
“Lu kenapa? Habis bangun tidur? Kok melas amat suara lu?”
“Iyaa, baru bangun ini. Ada apa sih?”
“Ntar sore ketemuan yuk! Ada yang mau ku bicarakan?”
“Bicara tentang apa? Di telp aja apa gak bisa?”
“Udahlah pokoknya datang ajalah”
“Kemana?”
“Ditempat biasa iya, jam 4 kutunggu”
“Iyaudah”

Apalagi sih yang mau diomongin sama si kawan ini. Tapi iyaudalah kita lihat nanti.

Pukul 16.00 WIB

Tepat pukul 4 sore, Ditempat yang sudah dijanjikan. Ternyata si Jaka sudah duduk menunggu Aryan sndiri.

“Haa, ada apa?” Datangku menghampiri Jaka yang kebetulan duduk sendirian di taman kota”

“Udah tau kabar anak baru disekolah belum?”

“Si cewek super cuek itu, yang bernama Bulan?”

“Lo, jadi kau udah tau?” Tanya Jaka penasaran.

“Itulah cewek yang kulihat sewaktu jam istirahat, dan sewaktu pulang di pintu gerbang aku sempat meghampirinya dan berusaha mengajaknya berkenalan, namanya Bulan. Tapi setelah berkenalan dia pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata. Memang cewek super cuek!”

“Lu kenapa gak cerita sama gue?”

“Gimana sih, tapi lu yang ninggalin gue duluan. Gimana caranya gue cerita sama lu!”

“Ehh, iyaiyaaa” Jawab Jaka nyengir.

“Jadi, kau nyuruh aku datang kesini hanya untuk membahas cewek super cuek itu?” Sungguh membosankan!”

“Iyasudalah aku pamit duluan iya” Karena merasa kesal, maka Aryan meninggal Jaka sendiri di taman Kota tersebut.



You may also like

No comments:

Powered by Blogger.

About Us

Tentang Ku Fajar Kesuma Mustaqim