SECRET ADMIRER (3)


(TIGA)
*

Kriiiinng! Kriiiiing! Jam weker ku berdering, membangunkanku di waktu fajar.

Pukul 05.00 WIB. Hari ini sengaja aku bangun lebih awal dari hari biasanya. 

Kebiasaanku mengulang materi dipagi hari. Bukan belajar, tapi sekedar mengulang. Karena menurutku, daya ingat otakku di pagi hari bekerja lebih efektif dibanding malam hari. Aku lebih cepat menangkap dan mengingat selepas aku bangun dibanding sebelum aku tertidur. Entah mengapa, mungkin sudah menjadi hukum alam bagiku.

Aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajah dan bersikat gigi, kemudian mengambil buku yg terletak diatas meja belajar.

“Hari ini aku harus mendapat nilai seratus!” Tekadku dalam hati.
Menyemangati diriku sendiri, mungkin menambah motivasiku untuk belajar lebih giat.

“Oh tidak, aku akan terlambat” Seketika fikiran ku buyar, ketika melihat jam wekerku menunjukkan jam 06.30 WIB. Niatku belajar hanya sampai jam 6 pagi, tapi karena aku keseruan, maka aku lupa akan waktu.

Gak bisa kebayang gimana cepatnya aku bersiap-siap, mandi, berpakain, sarapan, dan semua itu kulakukan hanya dalam waktu lima belas menit. Aku masuk sekolah pukul 
07.00 WIB, dan berjalan menuju sekolah memakan waktu lima belas menit.

*sesampainya disekolah

Ternyata aku berada diambang waktu, ketika aku sampai digerbang, dan ketika itulah bel berdering.

“Alhamdulillah, aku tidak terlambat” Meskipun jantungku masih berdebar kencang akibat berlari tadi, tapi aku tetap tidak akan lupa untuk selalu bersyukur kepada-Nya.

“Tumben datang sewaktu bel? Biasa lu datang cepat Yan?” Lagak Jaka di depan pintu. Dia meledekku karena aku datang lebih lama dibanding dia, sebenarnya aku tahu jelas alasan Jaka datang lebih awal, tak lain tak bukan untuk mencari bantuan untuk ulangan nanti.

“Iyaa tadi ada kucing berantam dijalan” Jawabku ketus meninggalkannya didepan pintu.

“Gimana? Seperti yang tadi malam kan?” Jaka masih saja menanyakan perihal aku memberikan bantuan ulangan nanti.

“---“ Tidak berkata sedikitpun.

*ulangan dimulai

Ulangan kali ini menggunakan gelombang, dan kebetulan aku tidak segelombang dengan Jaka. Bisa kebayang deh, bagaimana suntuknya Jaka hari ini.

Jaka, Jaka. Rasain sendirikan akibatnya. Masih saja ngandalkan bantuan orang! Berusaha dong! Zaman sekarang mana ada yang sukses mendadak. Semua butuh perjuangan. Gumamku didalam hati. Memikirkan bagaimana nasib Jaka dalam ulangan ini.

Kurang beruntungnya lagi, Jaka mendapati urutan gelombang pertama yang selepas masuk kelas langsung menghadapi ujian, tanpa ada persiapan sedikitpun. Mungkin ini menjadi cambukan bagi dia, bahwa segala sesuatu butuh PROSES! Usaha adalah yang terpenting. Jangan selalu mengharapkan bantuan dari orang, karena takdirmu dengan takdir dia tidak akan pernah sama.

*selepas ulangan

“Sial! Kenapa harus pakai gelombang!” Sontak Jaka dengan wajahnya yang memerah. Iyaa aku paham mungkin dia depresi menghadapi ulangan tadi.

“Kenapa? Gak bisa jawab Ulangan? Gak ada yang mau bantuin?”

Karena Jaka terdiam, lantas aku melanjutkan perkataanku tadi,

“Lainkali belajar, jangan terus-terusan mengharap bantuan dari orang. Karena kita tidak tahu bagaimana takdir kita mendatang. Manusia hanya bisa menerka, dan Allah lah yang menetapkan” Tegasku kepadanya.

“Iyadeh iya maaf, lain kali aku belajar kok.”

“Iyaudah bagus kalau begitu”

Kriiiing! Bel Istirah telah berdering. Memecahkan perbincangan diantara kami.

“Kantin yuk!” Ajak Jaka kepadaku.

“Hemm,,boleh juga tuh.”

Kini saatnya waktu Istirahat, mungkin untuk yang pertama kalinya aku mau diajak keluar kelas oleh Jaka untuk pergi ke Kantin, dengan sekian lamanya aku bersembunyi dibalik jendela. Menurutku unik sih, tidak seburuk yang kubayangkan. Memang sih tak se-seru dibalik jendela, iyaa tapi setidaknya lebih baik dari yang kubayangkan selama ini.

“Seru juga iya ternyata”

“Memang serulah, disini kita dapat menikmati kehidupan, disini kita dapat bercengkrama, disini juga kita dapat beradaptasi.”

“Iya, selama ini aku hanya berfikir jika kehidupan luar hanya membawaku ke jalan keburukan. Ternyata aku salah, ada banyak jalan yang dapat ku ekspresikan disini.”

Perbincangan panjang terjadi diantara kami, kami saling bertukar argumaen. Disisi inilah merupakan alasanku mengapa Jaka merupakan salah satu teman terbaikku.
Disaat aku terputus terhadap satu PENDAPAT! Disaat itu jugalah Jaka memberikanku beribu jalan keluar. Membawaku ke alam yang ku kira kelam, tapi ternyata sunnguh menyenangkan!

Kami berjalan menelusuri lorong kelas, hinnga sampai pada tujuan kami KANTIN.

Tampak jelas dimata ku sekumpulan manusia berada disana. Ada yang sedang berbincang, ada yang sedang bercanda, ada yang sedah bergaduh, bahkan ada yang sedang sendiri. Beribu macam tipe manusia disana. Aku belajar dari mereka, dan aku mengerti bahwa manusia itu bersifat cuek. Bahkan masih dalam satu tempat saja, mereka tidak dapat mengkondusifkannya, justru membuat kesibukan tersendiri, seakan tak perduli dengan sekitar. Membiarkan tempat untuk mengkondusifkan mereka. Jujur, aku sangat benci ini! Ini juga jadi alasanku mengapa aku tidak suka dengan kehidupan luar!

“Ayuuuk duduk sini” Ajak Jaka kepadaku. Seketika Jaka membuyarkan lamunan ku tadi.

“Iya..iya” Aku yang melamun tadi, lantas mendatangi tempat duduk kosong yang kebetulan di sebelah Jaka.

“Makan apa?” Tanya Jaka kepadaku.

“Hmm, nasi goreng ajalah.”

“Baiklah, ku pesan dulu iya” Karena baru pertama kalinya aku ke Kantin maka Jaka yang memesankan makanan ke Ibu kantin.

Aku melihat sekeliling, melihat kesibukan-kesibukan yang mereka lakukan.

Tiba-tiba pandanganku terfokus ke satu arah.

“Siapa dia?” Tampak seorang cewe duduk sendirian di meja Kantin.

“Lo, itukan Bulan? Kenapa dia sendiri? Dimana temannya?” Ternyata seorang cewe tersebut adalah Bulan, Anak murid baru di sekolah ini, seorang cewe yang sempat ku ajak berkenalan di gerbang waktu itu.

Karena aku melihat Bulan sendiri di Kantin, lantas aku datang menghampirinya, dan kebetulan terdapat bangku kosong disebelahnya.

“Boleh aku duduk disamping?” Izinku kepadanya.

“Silahkan” Jawabnya mengizinkanku untuk duduk disampingnya.

Kami saling berdiam diri, membiarkan suasana membeku dikala itu. Karena tidak ada yang memulai perbincangan, maka sebagai lelaki sejati aku memualinya.

“Kenapa sendiri? Dimana temannya? Sedikit kepo sih, iya tapi sedikit kok gak banyak.

“Gak ada yang bisa diajak kesini” Jawabnya pelan. Iya mungkin dia anak baru jadi wajar dia belum beradaptasi dengan teman sekililingnya.

“Iyaa sih wajar, namanya juga anak baru. Tapi tenang, dengan beriringnya waktu pasti nanti akan ada teman yang bersedia menemani Bulan disini”

“—“ (Tersimpu malu).

Lagi-lagi Jaka datang, dan mengubah suasana menjadi tegang.

“Daritadi dicariin, eh kok malah disini” Ucapnya dengan kerutan di dahinya.
Aku yang melihat ekspresi Jaka sontak meninggalkan Bulan sendiri tanpa pamit sedikitpun.

“Lu dari tadi kemana sih?” Tanya Jaka dengan eskpresi jeleknya.

“Iya maaf, cuma ngawanin Bulan bentar aja tadi, kasihan dia sendirian.” Jawabku pelan, berusaha meredam emosi yang lagi memuncak di hati Jaka.

Jaka yang mengetahui kebenaran itu sontak tersadar dari emosi kesetanannya itu.

“Loh tadi itu si Bulan?” Tanyanya kepadaku.

“Iyaa”

“Kenapa gak bilang?”

“Eh, gimana aku mau ngomong! Tapi kau udah marah-marah duluan samaku” Jawabku malas. 

Seringkali bagi Jaka untuk tidak mengontrol emosinya dan pada akhirnya dia sendiri juga yang menyesali itu.

Emang dasar keras kepala! Geramku didalam hati.

“Iya maaf, ku kira tadi itu bukan Bulan.”

“—“ Tak berkata sedikitpun.

Bukannya aku merajuk, bukannya aku marah. Tapi aku malas. Untuk kesekian kali aku menjadi imbas dari emosinya itu. Dan untuk kesekian kalinya juga dia meminta maaf setelah sadar bahwa yang dia lakukan itu salah! Daripada aku nanti terpancing emosi, lebih baik aku diam.



You may also like

No comments:

Powered by Blogger.

About Us

Tentang Ku Fajar Kesuma Mustaqim